30 November 2012

Jejak Petualang Daihatsu Terios 7 Wonders

Beberapa waktu lalu pada tanggal 10 Oktober, 10 orang yang terbalut dalam sebuah petualangan seru tim jurnalis beserta Daihatsu. Tim ini telah melibas keindahan alam pulau Sumatera yang eksotis dengan menggunakan tiga unit Daihatsu Terios TX-AT(2 Unit) dan Terios MT (1 unit).

Petualangan tim Daihatsu yang memakan waktu 14 hari ini, membawa misi utama yang dari perjalanan ini adalah ingin menggugah mata dunia akan kekayaan alam Indonesia khususnya pulau Sumatera. Selama perjalanan dari Lampung sampai ke Sabang ini, tim telah mengeksplorasi sebanyak 7 spot produsen kopi luwak yang merupakan bagian dari kekayaan alam dan budaya Indonesia selama perjalanan.


Selain misi tersebut, tim juga melakukan aktivitas CSR dengan memberikan bantuan kepada Posyandu binaan serta memberikan bantuan kepada UMKM di wilayah Bengkulu dan Medan. Perjalanan ini juga merupakan bentuk uji performa Daihatsu Terios dengan beragam medan jalan yang memang sesuai dengan peruntukan Daihatsu Terios sebagai SUV sejati.

Pada pukul 23.00 WIB tim bergegas menuju penyeberangan Merak - Bakauheni. Tepat ketika fajar meyingsing, Tim tiba di ujung pulau Sumatera. Kondisi jalanan yang mulus merupakan sarana yang idela untuk melakukan akselerasi. Alhasil Daihatsu Terios dapat meraih kecepatan 120 km/jam.

Sesampai di kota Lampung tim sarapan dan beristirahat sejenak untuk bekal perjalan yang masih panjang yakni masih 3000 km lagi dan yang baru ditempuh oleh tim 7 Wonders adalah 300 km. setelah sarapan tim kembali melanjutkan perjalanan ke kota Liwa, Lampung Barat. Perjalanan menuju Liwa harus melewati wilayah pegunungan yang didonimasi oleh tikungan pendek disertai oleh tanjakan terjal. Kondisi jalan inilah yang menuntut tim untuk pandai-pandai melakukan perpindahan transmisi. Beberapa kali shifter matik Terios AT berpindah dari D-3 ke 2. Sementara untuk yang manual dari 4 ke 3.


Pada pukul 17.00 tim tiba di kota Liwa, kemudian tim bergerak menuju Danau Ranau yang berjarak 25 km dari kota Luwa. Setelah sampai di Danau Ranau, tim berisitirahat sembari menikmati secangkir kopi Luwak. Hmmm, sedap...

Kopi Liwa Tercium Hingga Mancanegara
Setelah menikmati secangkir kopi Luwak yang sedap, tim kemudian melakukan eksplorasi pengolahan kopi di kota Liwa yang ternyata telah terkenal hingga ke Mancanegara. Disana tim bertemu dengan bapak M.Khodis yang merupakan salah seorang penyuluh pertanian yang memiliki pabrik pengolahan kopi. Beliau menjelaskan bagaimana cara memproses kopi mulai dari Penggradingan biji kopi, penyanggraian, pencampuran dengan potongan-potongan kecil pinang atau ginseng, penggilingan, pengemasan dan akhirnya kopi bisa di nikmati.

Setelah melepas lelah dan beristirahat di hotel serta sarapan pagi, tim 7 Wonders pun segera melanjutkan eksplorasinya menuju produsen kopi Luwak yang terdapat di kota Liwa. Saat itu, tim berkunjung ke rumah Hidayat seseorang yang memiliki kebun kopi seluas 5.000 hektar. Beliau menjelaskan bagaimana ia mampu memproduksi kopi Luwak.


Ternyata, di belakang halaman belakang rumahnya bapak Hidayat memlihara beberapa ekor Luwak. Bapak Hidayat juga tak sungkan sungkan untuk menjelaskan bagaimana proses pembuatan kopi yang dilakuakn oleh Musang Luwak tersebut. Hmmm, tentu merupakan sebuah pengalaman yang sangat berharga bagi tim 7 Wonders.

Secangkir Kopi Lambang Persahabatan
Setelah berkunjung ke daerah penghasil kopi luwak di Liwa, tim 7 Wonders kemudian bergerak ke Kabupaten Lahat. Dan pada pukul 20.00 WIB tim sampai di tujuan dan langsung di sambut oleh orang nomor satu di Kabupaten Lahat bapak H Saifudin Aswari Riva'i SE.

Disalah satu ujung gang dipinggir jalan tim dan bapak H Saifudin Aswari Riva'i SE menyempatkan diri untuk bercengkrama. Pada pembicaraan itu bapak H Saifudin Aswari Riva'i SE mengucapkan terimakasih kepada tim 7 Wonders atas kedatangannya ke daerah Lahat dan menyampaikan harapan agar perjalanan  7 Wonders Terios – Sumatera Coffee Paradise bisa menggairahkan kembali para petani kopi di Lahat untuk mengolah kebun kopi yang lama ditinggalkan. Keesokan harinya, bapak H Saifudin Aswari Riva'i SE mengundang tim untuk bertandang di rumah dinasnya. Dan tahukah, ternyata H Saifudin Aswari Riva'i SE juga menggunakan Daihatsu Terios sebagai salah satu kendaraan dinasnya.

Melahap Tanjakan Terjal
Setelah santap siang bersama bapak Bupati Lahat, H Saifudin Aswari Riva'i SE di Hotel Grand Zuri tim 7 Wonders bergegas menuju spot berikutnya di daerah Pagaralam. Jalanan menuju ke tujuan sedikit  bergelombang, dan sekitar 20 menit keluar dari kota Lahat, jalanannya mulai berkelok kelok. Dan begitu memasuki perbatasan Pagaralam, kelokan jalannya disertai dengan tanjakan yang terjal



Walaupun penuh dengan penumpang dan barang bawaan, ternyata ketiga Terios yang terdiri dari 2 tipe matik dan 1 manual berhasil mengatasi tantangan jalanan ini. Asyik!. Akhirnya tim tiba di persimpangan jalan menuju kota Pagaralam. Namun, tim memutuskan untuk beristirahat  terlebih dulu di lokasi penginapan di kaki gunung Dempo.

Setelah check in di penginapan dan saat itu waktu masih menunjukkan pukul 15.00, tim memtuskan untuk berkeliling di sekitar Pagaralam untuk mencari perkebunan dan pengolahan kopi. Untuk menemukan kebun kopi di sekitar penginapan tidaklah sulit. Tapi untuk menemui tempat pengolahan biji kopi, baru bisa di dapatkan di salah satu toko souvenir khas Pagaralam di pusat kota. Sayang karena mesin gilingnya sedang rusak terpaksa proses penggilingan kopi dihentikan.

Kopi, Gunung dan Sungai 
Setelah cukup istirahat tim 7 Wonders melanjutkan perjalanan kembali. Kali ini tim melanjutkan eksplorasi di daerah Pagaralam. Dengan ditemani oleh Arkadius yang akrab di sapa Diok, tim menemui seorang kakek yang telah menjadi petani kopi selama 50 tahun yang bernama Ambyan. Kepada tim, kakek Ambyan berbagi cerita tentang kisah kisah beliau selama menjadi petani kopi.


Setelah berinteraksi dengan kakek Ambyan, tim pun kembali melanjutkan eksplorasi menuju ke lokasi pengolahan kopi yang kemarin mesinnya mengalami kerusakan. Ternyata sistem pengolahan disini mirip dengan pengolahan yang ada di kota Liwa, perbedaanya hanya terletak pada cara meroaster biji kopinya. 

Diok kemudian memperkenalkan tim dengan kakaknya Nando. Nando memiliki mesin pengolah buah kopi jadi biji kopi. Mesin Engelberg Huller bikinan USA ini berdimensi besar dan digerakkan dengan diesel. Di sana Diok mempraktikan bagaimana cara menggunakan mesin tersebut, semberi memberi tahu bagaimana trik untuk mengetahui buah kopi yang dijemur sudah kering atau belum.

Tanpa terasa, hari sudah menunjukkan waktu makan siang. Diok kemudian mengajak tim untuk makan siang di pinggir sungai sambil menikmati aliran sungai yang jernih. Jalan yang dilalui lumayan kecil dan sedikit light off-road. Untuk mencapai lokasi yang dimaksud tim 7 Wonders harus membawa Terios menyeberang sungai kecil. Ground clearence yang tinggi membuat tim yakin tak akan ada masalah melewati sungai kecil itu. Dan ternyata itu benar. 


Atasi Jalur Sempit dan Berkelok Kelok
Setelah menghadiri jamuan makan siang di kediaman Nando, tim pun segera melanutkan perjalanan menuju Kabupaten Empat Lawang (Tebing Tinggi). Di daerah ini kopi merupakan salah satu komoditas andalan. 

Jalanan ketika keluar kota Pagaralam menuju Tebing Tinggi yang melewati Desa Jarai Pendopo cukup baik, namun jalannya tidak lebar dan rutenya berkelok kelok Karena kecepatan yang bisa diraih tak bisa terlalu kencang, maka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan jarak tempuh kurang lebih 121,6 km sekitar 3 jam.

Di kota ini tim menginap di kediaman dinas bapak Bupati H. Budi Antoni Aljufri di Puri Emass. Namun, dikarenakan beliau sedang menunaikan ibadah haji, maka beliau tidak dapat menemani tim Daihatsu 7 Wonders. Tim ditemani oleh staff bupati Empat Lawang Kepala Dinas Perkebunan, Bapak Rudianto serta Joko.



Tak jauh dari Puri Emass, tim diajak menemui bapak Anang Zairi yang merupakan seorang pemilik pengolahan kopi. Beliau menjelaskan, bahwa kopi hasil olahan miliknya merupakan hasil pencampuran Robusta dan Arabica, dengan wujud aslinya Robusta namun aromanya Arabica. Puas saling berbagi cerita dengan bapak Anang Zairi, tim pun kembali ke Puri Emass untuk beristirahat guna melanjutkan eksplorasi keesokan harinya.

Menari Bersama Terios
Untuk eksplorasi kali ini, tim ditemani oleh bapak Sara Rudianto, Kepala Dinas Pertanian Peternakan Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Empat Lawang. Ternyata di kabupaten ini menjadikan biji kopi sebagai maskot daerahnya. Memang, hampir semua tempat di daerah Empat Lawang memilki kebun kopi yang hasilnya dapat diandalkan, bahkan sebagian besar hasil panennya telah dikirim kedaerah luar dan di akui sebagai produksi asli daerah tersebut.

Kabupaten Empat Lawang juga sedang berusaha mewujudkan showroom khusus perkopian yang dalam bahasa Palembangnya kopi disebut dengan kawo. Setelah melihat lihat berbagai kerajinan di showroom kopi, tim 7 Wonders kembali bergerak menuju kebun kopi di daerah Talang Padang. Di sana tim bertemu dengan Makmur salah seorang petani kopi.

Kepada tim, Makmur berbagi cerita bahwa hasil panennya di tampung oleh para tengkulak dan hal itu menyebabkan harganya menjadi tidak stabil. Sehingga yang bisa menikmati hasil lebih banyak adalah para tengkulak.

Petualangan pun berlanjut, tim bergerak menuju ke Curup yang merupakan salah satu penghasil kopi di daerah Bengkulu melalui Kepahiang. Jalanan berkelok-kelok naik dan turun membuat tim seolah sedang menari bersama Terios. Jalanannya relatif sepi namun sempit. Pemandangan alamnya sungguh menyejukkan mata.


Mesin berkapasitas 1.500 cc yang membekali Terios ternyata masih cukup andal. Pun demikian dengan suspensinya. Beberapa kali Terios kejeblos di lubang jalan, namun tak ada masalah berarti. Akselerasi di tanjakan maupun ketika menyalip kendaraan di depannya baik yang memakai girboks matik maupun manual tetap terasa bertenaga. 

Tetapi lagi-lagi, pemakai Terios harus jangan segan memindahkan tuas dari D ke D-3 maupun 2. Bahkan di tanjakan yang terjal agar tak ngempos tenaganya perlu dipindah lagi ke posisi L. Tanjakan dan kelok-kelokan ini ternyata terus mewarnai sepanjang jalan sebelum tim 7 Wonders memasuki kota Bengkulu.

Menikmati Kota Rafflesia
Ketika telah sampai di kota Bengkulu, tim 7 Wonders memutuskan beristirahat agak lama di sini, karena mengingat rute panjang yang akan tim tempuh selanjutnya. Yakni, Bengkulu - Bukittinggi via Padang yang akan ditempuh secara langsung. Selain itu tim juga mengunjungi acara CSR berupa penyerahan bantuan untuk 5 Posyandu dan UKM.

Lima posyandu yang menerima bantuan tersebut yaitu : Anak Bangsa, Mekar Sari, Damai, Flamboyan dan Candra. Sedangkan UMKM yang mendapat bantuan adalah Tiara, Ikan Pais “Ibu Jumi”, Jepara Maju, Keripik Ikan EZ dan Kopi Bubuk Mandela.




Acara CSR ini dipusatkan di Dealer utama Daihatsu Bengkulu Jl. S Parman. Acar ini juga dihadiri oleh beberapa pejabat Pemkot kota Bengkulu. Setelah acara CSR ini, tim kemudian berkeliling kota Bengkulu untuk menikmati kuliner yang ada di Bengkulu dan objek objek wisatanya. 

Setelah berkeliling ke beberapa objek wisata yang ada di Bengkulu, tim kemudian kembali ke penginapan untuk beristirahat, karena paginya sekitar pukul 06.00 WIB, tim 7 Wonders harus berangkat menuju Bukittinggi.

Ujian Ketahanan
Untuk menuju kota Bukittinggi tim memutuskan untuk memilih rute pantai barat via Muko Muko Padang. Rute ini sedikit berbeda, jika sebelumnya rute rute yang telah dilewati tim didominasi pegunungan dan hutan, kini lebih banyak menikmati pemandangan pantai. Tikungan-tikungan yang ada juga lebih tajam. Sementara karakter tanjakan dan turunannya kurang lebih sama dengan jalur sebelumnya.



Tim keluar dari penginapan di Bengkulu sekitar pukul 7 pagi kurang. Dan tim baru sampai di jam Gadang yang merupakan icon kota Bukittinggi pukul 12 malam. Total waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan jarak sejauh 617 Km adalah 18 jam.


Performa 3 unit Terios yang menjadi tunggangan tim pun masih tetap terasa mantap walaupun di jejali dengan berbagai rute dan medan yang sulit, semuanya berhasil dilahap dengan sempurna. Sedikit catatan dari tim yang telah mencoba jalur pantai barat sumatera, yaitu POM bensin sangat jarang, sehingga sebaiknya membawa bensin cadangan di dalam jirigen dengan kapasitas minimal 10 liter. Juga hindari mengisi bensin hingga kondisi seperempat tangki untuk berjaga jaga seandainya POM bensin yang ada di jalur Pantai Utara tutup atau kehabisan bensin. Juga sebaiknya hindari perjalanan malam karena kondisi jalan yang lumayan ekstrim.

Desa Kopi yang Hilang
Siangnya, setelah semalaman beristirahat di penginapan yang berada di seputaran danau Maninjau, tim 7 Wonders kemudian bergerak menuju desa Mandailing Natal untuk mengeksplor kopi yang ada di sana.

Saat itu, tim sudah ditunggu oleh Lelo Andhika Syahna di daerah Pasaman. Setelah sampai di Pasaman Lelo segera mengajak tim menuju desa Sambang Banyak Jae Ulu Pungud. Ternyata, kopi  Arabica yang pertama kali dibawa oleh Belanda pada tahun 1699 ke Indoensia dan ditanam di daerah Mandailing Natal, yang berpusat di Desa Pakantan.

Desa Sambang Banyak Jae Ulu Pungud terletak diantara dua bukit. Dengan jalan yang diaspal namun sempit. Tim bertemu dengan Makmur dan Fuad yang merupakan warga di sana. Kepada tim Makmur bertutur bahwa kopi yang ada di desanya sudah berumur puluhan tahun dan bahkan mungkin sudah ratusan tahun, karena mengingat pohon pohon kopi yang ada di desa Sambang Banyak Jae Ulu Pungud diwariskan secara turun temurun. Jenis kopi yang paling banyak disni adalah jensi Arabica kemudian Robusta.


Dari desa ini tim diajak untuk masuk lagi ke dalam menuju desa paling ujung. Jalan aspal sudah habis dan berganti jalanan makadam dan tanah. Hujan deras yang sempat turun membuat tanah becek. Dan inilah saatnya tim untuk mencoba jalur off-road dengan menggunakan tunggangan handal tim, yakni, Daihatsu Terios.

Saat menaklukkan jalur off-road tersebut Ground Clearence Terios teruji dan tak mudah mentok. Sementara performa girboks matik dan juga mesin 1.500 vvti ok juga. Dipaksa main off-road ternyata oke banget. Kalau ada versi 4x4-nya pasti tetap laku.

Setelah beristirahat di penginapan malamnya, keesokan harinya tim langsung bergerak menuju kota Medan dari penginapan di Mandailing Natal pukul 08.00 pagi. Cuaca yang cukup cerah saat itu membuat perjalanan terasa lebih menyenangkan. Namun cuaca cerah tidak berlangsung lama, selepas shalat jumat, cuaca kembali menjadi tak bersahabat.

Jalanan Rusak
Rute perjalanan sepanjang Mandailing Natal - Tarutung kondisinya tidak stabil. Sebagian jalan mulus dan sebagian lainnya rusak parah karena jalanannya belum selesai diperbaiki. Jalanan tanah berbatu lagi-lagi menguji ketangguhan suspensi Terios. Selama dalam perjalanan meskipun Terios yang menjadi tunggangan tim 7 Wonders di “hajar” di jalanan jelek ternyata suspensi Terios masih oke.



Walaupun sudah berhati hati, namun kecelakaan tidak bisa dihindari. Salah satu Terios yang dikendarai tim tiba tiba slip di salah satu tikungan jalanan menuju Tarutung. Semua rombongan pun berhenti untuk melakukan evakuasi ditengah hujan yang sedang turun. Dan setelah 15 menit berjuang melakukan evakuasi, akhirnya Terios yang terperosok tersebut berhasil ditarik keluar dan kembali lagi kejalan raya. Setelah dicek ternya Terios tersebut tidak mengalami kerusakan yang berarti, hanya penyok di ujung samping sebelah kiri depan serta bagian lampu utama ada yang pecah meskipun lampunya masih berfungsi normal.

Setelah melanjutkan perjalanan, ditengah jalan tiba tiba melalui radio komunikasi salah satu Terios tim 7 Wonders mengeluh jika rem-nya sedikit bermasalah. Ternyata penyebabnya karena beberapa kali melewati kubangan lumpur dan air maka disc brake basah sehingga pengereman tak seimbang. Setelah rem kami panasi dengan cara menjalankan mobil lalu direm bersamaan menginjak gas selama beberapa kali gejala yang dikeluhkan hilang. 

Aksi Peduli Sesama
Seperti hal nya di kota Bengkulu, tim juga melakukan kegiatan CSR. Pada kegiatan CSR di Medan kali ini, tim menyerahkan bantuan kepada 2 Posyandu dan 5 UMKM, yang dilakukan secara simbolis di dealer Daihatsu, Jalan Sisingamangaraja No. 170, Medan. Total bantuan program ini nilainya mencapai lebih dari Rp 200 juta.




Pengecekan Kendaraan
Setelah melalui berbagai medan jalanan yang bervariasi, tim 7 Wonders juga melakukan pengecekan Terios yang menjadi tunggangan saat singgah di kota Medan yang dilakuakan di main dealer Daihatsu kota Medan. Dan setelah diperiksa oleh para mekanik yang ada di main dealer tersebut, kondisi ketiga Terios dinyatakan dalam keadaan baik serta Terios yang mengalami penyok saat menuju Tarutung juga diperbaiki.


Etape Terakhir
Akhirnya rangkaian petualangan tim 7 Wonders memasuki etape terakhir yaitu Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Pada etape terakhir kali ini, tim mendapat tambahan anggota tim baru, yaitu Rokky Irvayandi dari PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Head Office, Jakarta.


Tim memasuki bumi serambi mekkah di Sabang sekitar pukul 18.30, yang kemudian melaksanakan "ritual" makan malam dan minum kopi di dekat alun alun Langsa. Setelah santap malam, tim pun segera beristirahat untuk melanjutkan perjalanan esok hari menuju Takengon.

Menikmati Hangatnya Kopi Gayo
Finally, tim 7 Wonders sampai dipersinggahan terakhir, yakni di kota Takengon dalam mengeksplorasi 7 tempat penghasil kopi di pulau Sumatera. Sekitar pukul 11 siang tim sudah memasuki kota Bireun. Rute Bireuen – Takengon lebih banyak melewati perbukitan yang jauh dari pemukiman. Di daerah Cot Panglima pemandangannya cukup indah. Meskipun proyek pengerjaan jalan masih belum selesai. Jalan ini mengikis sebagian bukit dan dibuat lebih lebar. Ini penting karena di beberapa bagian terjadi kelongsoran.

Menjelang memasuki kota Takengon, komunitas pemilik mobil Jeep dari Gayo sudah menunggu tim 7 Wonders. Kemampuan Terios lagi lagi di uji pada jalur Trek light off-road dengan pemandangan yang indah. Kenyamanan dan juga ketangguhan kaki-kaki Terios terbukti andal. Melewati trek tanah berbatu dengan beragam kontur tak ada kendala berarti.


Sampai di ujung terakhir trek Oregon kami menyempatkan berhenti sejenak. Selain menikmati indahnya pemandangan kota Takengon dan Danau Laut Tawar, bersama dengn penyuka 4x4 menyeruput secangkir kopi panas sungguh pengalaman yang tak bisa dilupakan. Lewat secangkir kopi inilah meskipun baru saja bertemu pertemanan dengan komunitas jip di Gayo terasa lebih hangat.

Setelah memasuki kota Takengon, Bambang salah seorang pemilik mobil Jeep, mengajak tim 7 Wonders mampir ke gudang yang juga merupakan laboratorium kopi miliknya. Kopi Gayo sendiri merupakan kopi jenis Arabica yang memiliki citarasa yang khas. Yang lebih luar biasanya, ternyata kopi produksi Bambang sudah menembus pasar Eropa Timur dan Amerika.

Cara menikmati kopi luwak ternyata butuh trik khusus agar lebih nikmat. Air yang digunakan harus benar-benar mendidih. Dibutuhkan alat yang bernama ekspresso (berguna untuk menyaring kopi sekaligus menurunkan kadar keasamannya) sehingga kopi tak terasa tajam di perut ketika diminum.

Kopi Legendaris Takengon
Disetiap pekarangan rumah penduduk, hampir tiap pekarangannya ditanam dengan kopi. Tanah di Takengon yang subur, curah hujan yang tinggi dan juga letak Takengon yang berada 1.300m dpl, maka sangat cocok untuk ditanami, kopi jenis Arabaica.


Pagi itu, tim 7 Wonders diajak oleh Bambang unutk mengunjungi kebun kopi yang merupakan salah satu peninggalan Belanda yang berlokasi di Desa Blang Gele. Luasnya hanya sekitar 15 hektare, namun dari segi kualitas, kopi di kebun ini termasuk kopi dengan kualitas nomor 1. Biji Kopinya pun juga besar besar dan memiliki aroma yang khas.

Finally, Finish !!!
Setelah berisitirahat semalaman di Banda Aceh, keesokan harinya tim bergegas menuju pelabuhan ferry Ule Lheue. Atas saran offroader tim sudah standby di pelabuhan pada pukul 07.00 WIB. Akhirnya pada pukul 09.00 kapal penyeberangan menuju Sabang pun berangkat, dan tim merapat di pelabuhan Balohan pada pukul 11.00 WIB.

Dengan dipandu oleh Ari Poenbit dari komunitas offroader pulau Sabang dan juga Dokter Togu, tim berhasil mencapai tugu nol kilometer Indonesia di ujung pulau Weh, Nangroe Aceh Darussalam.  pada pukul 12.48. Misi pun berhasil dengan total jarak tempuh sejauh 3.657 km dan 15 hari perjalanan. 

Di Sabang, rombongan  Terios 7 Wonders  sudah ditunggu oleh para petinggi PT Astra Daihatsu Motor (ADM) antara lain, Amelia Tjandra, Rio Sanggau, Elvina Afny, Guntur Mulja dan beberapa wartawan nasional dari Jakarta yang diajak khusus menyaksikan peristiwa bersejarah ini. Anggota tim 7 Wonders yang terdiri dari Tunggul Birawa (leader), Insuhendang, Bimo S Soeryadi, Ismail Ashland, Aseri, Toni, Arizona Sudiro, Endi Supriatna, Enuh Witarsa, David Setyawan (ADM), Rokky Irvayandi (ADM) mendapat ucapan selamat dari yang hadir di tugu “Nol” Kilometer. 


Seremoni singkat menandai berakhirnya ekspedisi ini dilakukan di Tugu “Nol” Kilometer. Plakat Terios 7 Wonders yang dibawa tim diserahkan oleh Tunggul Birawa selaku komandan tim kepada Amelia Tjandra. Selanjutnya plakat ini diserahkan kepada dr. Togu yang mewakili pemda Sabang. Plakat ini akan ditanam di lokasi yang memang sudah disediakan di sekitar lokasi tugu Nol Kilometer.

Setelah melalu serangkaian acara seremonial, rombongan segera menuju ke Anoi Itam Resort Sabang untuk makan siang. Setelah santap siang tim kembali ke kota Banda Aceh. Kapal berangkat pada pukul 16.00 WIB. Namun, 3 Terios yang menjadi tunggangan tim baru bisa dibawa keesokan harinya dengan kapal ferry pada pukul 08.00 WIB.

Sesampainya di Banda Aceh, rombongan tidak membuang buang waktu lagi. Rombongan langsung menikmati kopi Ulee Kareeng kemudian mengunjungi Masjid Raya Aceh dan menikmati Mie Aceh yang menjadi kuliner khas di Aceh.

Kurban 3 Ekor Sapi
Jadwal kepulangan tim 7 Wonders saat itu memang berdekatan dengan hari raya idul adha. Oleh karenanya, sebelum tim kembali ke Jakarta dengan pesawat pada sore harinya, tim pun turut serta melaksanakan ibadah kurban dengan mengurbankan 3 ekor kambing. ini merupakan salah satu bentuk rasa syukur tim 7 Wonders karena telah sukses menjalankan misi Coffe Paradise di pulau Sumatera.


Sebelum berangkat tim menyempatkan diri untuk membeli souvenir khas Aceh disekitat Masjid Raya Aceh. Tak hanya itu tim juga mampir ke museum PLTD Kapal Apung yang merupakan salah satu bukti kedahsyatan bencana Tsunami. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 siang, dan tim pun kembali ke penginapan untuk check out. Pukul 16.35 WIB tim pun terbang menuju ke Jakarta. Sampai jumpa di petualangan Terios selanjutnya !!!

Nah, demikianlah sobat uraian saya di blog ini tentang berpetualang di pulau Sumatera dengan menggunakan mobil Daihatsu Terios. Setelah Melalui uji melintasi pulau Sumatera tersebut maka, Terios memang layak dijuluku sebagai Terios 7 Wonders, dengan keunggulan : 
  1. The Only 7 Seater SUV;
  2. Easy Access Entertainment (Audio Steering Switch)
  3. Tough Style (Macho Styling)
  4. City Cruiser (High Ground Clearance); 
  5. Eazy Handling (Electric Power Steering); 
  6. Optimal Comfort (Comfort Supension);
  7. Excellent Strength (Reliable Engine 1.5 DOHC VVT-i). 
Tag : Mobil Sahabat Petualang

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Jejak Petualang Daihatsu Terios 7 Wonders

2 Komentar:

  1. Selamat ya, telah menjadi salah satu pemenang hiburan.

    BalasHapus
  2. This piece of writing will help the internet users for building up new blog or even a weblog from start to end.


    Also visit my webpage: clear

    BalasHapus

Terimakasih telah meninggalkan Komentar di Didit Blog | Silahkan berkomentar dengan bebas, tidak mengandung SARA | komentar dengan link HIDUP akan dihapus | Terimakasih ^_^